Pages

Cari Blog Ini


Pengukuran Nyeri


18069 
Tipe Pengukuran Nyeri

Ada 3 tipe pengukuran nyeri yaitu : self-report measure, observational measure, dan pengukuran fisiologis.

Self-report measure

Pengukuran tersebut seringkali melibatkan penilaian nyeri pada beberapa jenis skala metrik. Seorang peenderita diminta untuk menilai sendiri rasa nyeri yang dirasakan apakan nyeri yang berat (sangat nyeri), kurang nyeri dan nyeri sedang. Menggunakan buku harian merupakan cara lain untuk memperoleh informasi baru tentang nyerinya jika rasa nyerinya terus menerus atau menetap atau kronik. Cara ini sangat membantu untuk mengukur pengaruh nyeri terhadap kehidupan pasien tersebut. Penilaian terhadap intensitas nyeri, kondisi psikis dan emosional atau keadaan affektif nyeri juga dapat dicatat. Self-report dianggap sebagai standar gold untuk pengukuran nyeri karena konsisten terhadap definisi/makna nyeri. Yang termasuk dalam self-report measure adalah skala pengukuran nyeri (misalnya VRS, VAS, dll), pain drawing, McGill Pain Quesioner, Diary, dll).

Observational measure (pengukuran secara observasi)

Pengukuran ini adalah metode lain dari pengukuran nyeri. Observational measure biasanya mengandalkan pada seorang terapis untuk mencapai kesempurnaan pengukuran dari berbagai aspek pengalaman nyeri dan biasanya berkaitan dengan tingkah laku penderita. Pengukuran ini relatif mahal karena membutuhkan waktu observasi yang lama. Pengukuran ini mungkin kurang sensitif terhadap komponen subyektif dan affektif dari nyeri. Yang termasuk dalam observational measure adalah pengukuran tingkah laku, fungsi, ROM, dan lain-lain.

Pengukuran fisiologis

Perubahan biologis dapat digunakan sebagai pengukuran tidak langsung pada nyeri akut, tetapi respon biologis pada nyeri akut dapat distabilkan dalam beberapa waktu karena tubuh dapat berusaha memulihkan homeostatisnya. Sebagai contoh, pernapasan atau denyut nadi mungkin menunjukkan beberapa perubahan yang kecil pada awal migrain jika terjadi serangan yang tiba-tiba dan keras, tetapi beberapa waktu kemudian perubahan tersebut akan kembali sebelum migrain tersebut menetap sekalipun migrainnya berlangsung lama. Pengukuran fisiologis berguna dalam keadaan dimana pengukuran secara observasi lebih sulit dilakukan. Yang termasuk dalam pengukuran fisiologis adalah pemeriksaan denyut nadi, pernapasan, dll.

Jenis-jenis Pengukuran Nyeri

Pengukuran nyeri terdiri dari pengukuran komponen sensorik (intensitas nyeri) dan pengukuran komponen afektif (toleransi nyeri).

Pengukuran komponen sensorik

Ada 3 metode yang umumnya digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri yaitu Verbal Rating Scale (VRS), Visual Analogue Scala (VAS), dan Numerical Rating Scale (NRS).

VRS adalah alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk menggambarkan level intensitas nyeri yang berbeda, range dari “no pain” sampai “nyeri hebat” (extreme pain). VRS merupakan alat pemeriksaan yang efektif untuk memeriksa intensitas nyeri. VRS biasanya diskore dengan memberikan angka pada setiap kata sifat sesuai dengan tingkat intensitas nyerinya. Sebagai contoh, dengan menggunakan skala 5-point yaitu none (tidak ada nyeri) dengan skore “0”, mild (kurang nyeri) dengan skore “1”, moderate (nyeri yang sedang) dengan skore “2”, severe (nyeri keras) dengan skor “3”, very severe (nyeri yang sangat keras) dengan skore “4”. Angka tersebut berkaitan dengan kata sifat dalam VRS, kemudian digunakan untuk memberikan skore untuk intensitas nyeri pasien. VRS ini mempunyai keterbatasan didalam mengaplikasikannya. Beberapa keterbatasan VRS adalah adanya ketidakmampuan pasien untuk menghubungkan kata sifat yang cocok untuk level intensitas nyerinya, dan ketidakmampuan pasien yang buta huruf untuk memahami kata sifat yang digunakan

Numeral Rating Scale adalah suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala numeral dari 0 – 10 atau 0 – 100. Angka 0 berarti “no pain” dan 10 atau 100 berarti “severe pain” (nyeri hebat). Dengan skala NRS-101 dan skala NRS-11 point, dokter/terapis dapat memperoleh data basic yang berarti dan kemudian digunakan skala tersebut pada setiap pengobatan berikutnya untuk memonitor apakah terjadi kemajuan.

VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda “no pain” dan ujung kanan diberi tanda “bad pain” (nyeri hebat). Pasien diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuai dengan level intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Kemudian jaraknya diukur dari batas kiri sampai pada tanda yang diberi oleh pasien (ukuran mm), dan itulah skorenya yang menunjukkan level intensitas nyeri. Kemudian skore tersebut dicatat untuk melihat kemajuan pengobatan/terapi selanjutnya. Secara potensial, VAS lebih sensitif terhadap intensitas nyeri daripada pengukuran lainnya seperti VRS skala 5-point karena responnya yang lebih terbatas. Begitu pula, VAS lebih sensitif terhadap perubahan pada nyeri kronik daripada nyeri akut (Carlson, 1983 ; McGuire, 1984). Ada beberapa keterbatasan dari VAS yaitu pada beberapa pasien khususnya orang tua akan mengalami kesulitan merespon grafik VAS daripada skala verbal nyeri (VRS) (Jensen et.al, 1986; Kremer et.al, 1981). Beberapa pasien mungkin sulit untuk menilai nyerinya pada VAS karena sangat sulit dipahami skala VAS sehingga supervisi yang teliti dari dokter/terapis dapat meminimalkan kesempatan error (Jensen et.al, 1986). Dengan demikian, jika memilih VAS sebagai alat ukur maka penjelasan yang akurat terhadap pasien dan perhatian yang serius terhadap skore VAS adalah hal yang vital (Jensen & Karoly, 1992)
.

Manfaat Pijat Bayi

, ,
Terapi sentuh, terutama pijat menghasilkan perubahan fisiologis yang menguntungkan dan dapat diukur secara ilmiah, antara lain melalui pengukuran kadar cortisol ludah, kadar cortisol plasma secara radioimmunoassay, kadar hormone stress (catecholamine) air seni, dan pemeriksaan EEG (electro encephalogram, gambaran gelombang otak).
Efek Biokimia dan Fisik yang Positif
Efek biokimia yang positif dari pijat, antara lain:
- Menurunkan kadar hormone stress (catecholamine), dan
- Meningkatkan kadar serotonin.
Selain efek biokimia, pijatan memberikan efek fisis/klinis sebagai berikut:
- Meningkatkan jumlah dan sitotoksisitas dari system imunitas (sel pembunuh alami)
- Mengubah gelombang otak secara positif
- Memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan
- Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan
- Meningkatkan kenaikan berat badan dan Meningkatkan pertumbuhan
- Mengurangi depresi dan ketegangan
- Membuat tidur lelap dan Meningkatkan kesiagaan.
- Mengurangi rasa sakit
- Mengurangi kembung dan kolik (sakit perut)
Kolik atau sakit perut pada bayi ditunjukkan oleh bayi secara khas, yaitu dengan “tangis sakit” yang melengking.Secara teori penyebab kolik yang menonjol antara lain susunan saraf autonom yang tidak seimbang, adanya gangguan pada pertumbuhan mekanisme control tidur/bangun, atau gangguan interaksi antara orang tua dan bayi.kolik juga sering dihubungkan dengan adanya gangguan pada saluran pencernaan dan kesukaran makan.
Untuk mengurangi kolik ini dianjurkan untuk memijat bayinya pada waktu kolik berlangsung dan pada waktu menjelang tidur.Para peneliti juga menemukan bahwa bayi-bayi yang dipijat, interaksi dengan orang tuanya menjadi lebih positif, rasa gelisah berkurang, dan dapat lebih teratur tidur/bangunnya.
- Meningkatkan hungungan batin antara orang tua dan bayinya (bonding)
Sentuhan dan pandangan kasih orang tua pada bayinya akan mengalirkan kekuatan jalinan kasih diantara keduanya.Pada perkembangan anak, sentuhan orang tua adalah dasar perkembangan komunikasi yang akan memupuk cinta kasih secara timbale balik.Semua ini akan menjadi penentu bagi anak untuk secara potensial menjadi anak berbudi pekerti baik yang percaya diri.
- Meningkatkan volume air susu ibu.

Otot-otot Pharynx

Otot pharynx dibagi menjadi otot-otot konstriktor pharynx (Mm. constrictors pharyngis superior, medius dan inferior) dan otot-otot levator pharynx (M. styopharyngeus, M. salpingopharyngeus and M. palatopharyngeus).
a Konstriktor pharynx
1. Otot : M.constrictor pharyngis superior
  • Nervus : Rr. Pharyngeales nervi glossopharyngei [IX] (= Plexus pharyngeus)
  • Origo :
    - Pars pterygopharygea : margo posterior laminae Proc. Pterygoidei, Hamulus ossis pterygoidei
    - Pars buccopharyngea : Raphe pterygomandibularis
    - Pars mylopharyngea : Linea mylohyoidea mandibulae
    - Pars glossopharyngea : M. transverses linguae
  • Insertio : Membrana pharyngobasilaris, sepertiga superior Raphe pharyngis
  • Fungsi : Konstriksi pharyx, memisahkan mesopharynx (bersama dengan M. palatopharyngeus), memperlancar transpor makanan ke dalam oesophagus dengan kontraksi menyerupai-gelombang (gelombang peristaltik)
2. Otot : M. constrictor pharyngis medius
  • Nervi : Rr. Pharyngeales dari N. glossopharyngeus [IX] dan nervi vagi [X] (= Plexus pharyngeus)
  • Origo :
    - Pars chondropharyngea : Cornuminus ossis hyoidei
    - Pars ceratopharygea : cornumajus ossis hyoidei
  • Insertio : Sepertiga tengah Raphe pharyngis, di atas M. constrictor pharyngis superior
  • Fungsi : Konstriksi pharynx dari belakang, memperlancar transpor makanan ke dalam oesophagus dengan konstraksi menyerupai-gelombang (gelombang peristaltic)
3. Otot : M. constrictor pharyngis inferior
  • Nervi : Rr. Pharyngeales nervi vagi [X] (= Plexus pharyngeus)
  • Origo :
    - Pars thyropharyngea : permukaan luar cartilago thyroidea di belakang Linea oblique
    - Pars cricopharyngea : permukaan lateral cartilago cricoidea
    - Pars tracheopharyngea : permukaan lateral cartilago trachealis I
  • Insertio : Sepertiga tengah dan inferior Raphe pharyngis, diatas M. constrictor pharyngis medius
  • Fungsi : Konstriksi pharynx dari belakang memperlancar transpor makanan ke dalam oesphagus dengan konstraksi menyerupai-gelombang (gelombang peristaltik)
b. Otot-otot levator pharynx
1. Otot : M. palatopharyngeus (secara fungsional, otot ini termasuk juga otot palatum)
  • Nervi : Rr. Pharyngeales dari N. glossopharyngeus [IX] (= Plexus pharyngeus)
  • Origo : Aponeurosis palatina, Hamulus ossis pterygoidei
  • Insertio : Cartilago thyroidea, berinsersi kedinding lateral dan posterior pharynx
  • Fungsi : Konstriksi isthamus faucei, depresi platum molle, memngangkat dinding pharynx kea rah platum molle
2. Otot : M. salpingopharyngeus
  • Nervi : Rr. Pharyngeales nervi glossopharyngei [IX] (= Plexus pharyngeus)
  • Origo : tepi bebas dan permukaan inferior cartilago tubae auditivae
  • Insertio : Berinsersi ke dinding lateral pharynx
  • Fungsi : menggangkat pharynx
3. Otot : M. stylopharyngeus
  • Nervi : R. musculi stylopharyngei nervi glossopharyngei [IX]
  • Origo : Proc. Styloideus ossis temporalis
  • Insertio : Cartilago thyroidea, berinsersi kedinding lateral pharynx diantara M. constrictor superior dan M. constrictor medius
  • Fungsi : menggangkat pharynx

Massage Olahraga dan Efeknya Terhadap Tubuh


Efek fisik dari massage
Pumping -
Gerakan membelai (stroking) dalam massage akan mengisap cairan melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Dengan meningkatkan tekanan di depan pada teknik stroke, vakum (pengosongan) dibuat di belakang. Hal ini terutama penting dalam ketegangan atau kerusakan jaringan otot sebagaimana otot kencang akan menekan darah keluar seperti spons, menghilangkan jaringan nutrisi vital dan energi untuk perbaikan.
Peningkatan permeabilitas jaringan -
Deep massage menyebabkan pori-pori di membran jaringan terbuka, memungkinkan cairan dan nutrisi untuk melewatinya. Ini membantu menghilangkan produk-produk limbah seperti asam laktat dan mendorong otot untuk mengambil oksigen dan nutrisi yang membantu mereka pulih lebih cepat.
Peregangan -
Massage dapat meregangkan jaringan yang tidak dapat meregang dalam metode biasa. Kumpulan serat otot dapat teregang secara memanjang serta menyamping. Massage juga dapat meregangkan selubung atau fasia yang mengelilingi otot, sehingga melepaskan ketegangan.
Menguraikan jaringan parut -
Jaringan parut adalah hasil dari cedera atau trauma sebelumnya dan dapat mempengaruhi otot, tendon dan ligamen. Hal ini dapat mengakibatkan jaringan menjadi tidak fleksibel sehingga rentan terhadap cedera dan rasa sakit.
Meningkatkan elastisitas jaringan -
Pelatihan yang keras dapat membuat jaringan keras dan tidak elastis. Ini adalah salah satu alasan mengapa pelatihan yang keras mungkin tidak menghasilkan perbaikan. Massage dapat membantu mengembalikannya dengan cara meregangkan jaringannya.
Membuka mikro-sirkulasi
Massage dapat meningkatkan aliran darah ke jaringan, begitu pula latihan. Massage juga dapat membuka atau melebarkan pembuluh darah dan peregangannya yang memungkinkan nutrisi ini lewat lebih mudah.
Efek fisiologis massage olahraga
Pengurangan Nyeri –
Ketegangan dan produk-produk sisa metabolisme pada otot dapat menimbulkan rasa nyeri. Massage membantu mengurangi ini dalam banyak cara, termasuk tubuh melepaskan endorfin.
Relaksasi
Relaksasi otot melalui panas yang dihasilkan, sirkulasi dan peregangan. Mechanoreceptors memberikan sensasi sentuhan, tekanan, pemanjangan dan penghangatan jaringan yang dirangsang yang menyebabkan refleks relaksasi.
Efek psikologis massage
Mengurangi kegelisahan -
Melalui efek yang disebutkan di atas diinduksi dan relaksasi sehingga mengurangi tingkat kecemasan.
Menyegarkan -
Jika pijatan dilakukan dengan gerakan cepat seperti apa yang akan dilakukan sebelumnya maka hal ini dapat menghasilkan perasaan yang menyegarkan.

Proses Penanganan Pada Cidera Olahraga

“Cedera Olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh. Cedera Olah Raga adalah cedera pada sistem otot dan rangka tubuh yang disebabkan oleh kegiatan olah raga.
Cedera olah raga yang sering terjadi adalah:
  • Patah tulang karena tekanan
  • Shin splints
  • Tendinitis
  • Lutut pelari
  • Cedera urat lutut
  • Punggung altit angkat besi
  • Sikut petenis
  • Cedera kepala
  • Cedera kaki.
Pencegahan Cidera
  1. Menentukan kondisi kesehatan secara umum
  2. Mendeteksi keadaan postur tubuh yang mungkin dapat menyebabkan cedera
  3. Mendeteksi keadaan-keadaan yang membahayakan bila yang bersangkutan melakukan olah raga.
Proses Penyembuhan
Hemostasis
- Terjadinya proses perdarahan
- Bekuan darah terjadi 6 – 8 jam
Inflamasi
- Terjadinya proses peradangan
- Terdapat tanda-tanda radang, yaitu ; bengkak, kemerahan, nyeri, panas lokal, terganggunya fungsi.
- Terjadi 2 kali 24 jam setelah cidera, cidera berat sampai 1 minggu.
Proliferasi
- Mulai terjadi proses penyembuhan
- Terjadi 7 – 21 hari
Remodelling
- Terjadinya proses pemulihan kembali
- Terjadi sampai 18 bulan.
Proses Penanganan pada cidera olah raga
Pemeriksaan
Anamnesis (tanya jawab dengan pasien), ditanyakan mula timbulnya cidera
Palpasi dan Inspeksi (diraba dan dilihat)
Pemeriksaan gerak dasar.
- Pemeriksaan gerak pasif
- Pemeriksaan gerak aktif
- Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan
Diagnosis, menentukan daerah mana dan bagian apa yang mengalami cidera.
Perencanaan, menentukan pengobatan yang paling tepat untuk cidera yang dialami.
Pelaksanaan pengobatan
Evaluasi.
Secara prinsip seperti pula pada cidera yang lain maka upaya penyembuhan adalah kesempatan jaringan untuk sembuh baik sehingga tidak menimbulkan jaringan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu prinsip pengobatan pada kondisi akut mempunyai program yang sangat terkenal yaitu berikan RICE, yaitu ;
R: REST, jaringan yang terkena cidera harus diistirahatkan dalam kurun waktu tertentu agar mendapat kesempatan untuk sembuh
I: ICE, yaitu diberikannya pengobatan dengan es dengan tujuan untuk menahan vasodilatasi dan agar terjadi vasokonstriksi.
C: CROMPRESSION, yaitu pemberian tekanan yang rata dengan tujuan untuk mencegah pembengkakan yang berlebihan.
E: ELEVATION, yaitu menaikan anggota tubuh yang cidera agar dapat membantu pengembalian darah ke jantung.
Dan hindari HARM, yaitu
H: HEAT, pemberian panas justru akan meningkatkan perdarahan
A: ALCOHOL,akan meningkatkan pembengkakan
R: RUNNING, atau exercise terlalu dini akan memburuk cidera
M: MASSAGE, tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan merusak jaringan.

Efek Terapi Ultrasound dan Penerapannya

Efek terapeutik US masih sedang diperdebatkan. Sampai saat ini, masih sangat sedikit bukti untuk menjelaskan bagaimana US bisa menyebabkan efek terapeutik dalam jaringan yang terluka. Namun demikian praktisi di seluruh dunia terus menggunakan modalitas terapi ini sesuai dengan pengalaman pribadi, bukan bukti ilmiah. Berikut adalah sejumlah teori oleh US yang berhubungan dengan efek terapeutik.
Thermal Efek:
Ketika gelombang ultrasonik lulus dari transuder ke dalam kulit yang menyebabkan getaran di sekitar jaringan, terutama yang mengandung kolagen. Getaran yang meningkat ini menyebabkan produksi panas dalam jaringan. Pada kebanyakan kasus, hal ini tidak dapat dirasakan oleh pasien sendiri. Peningkatan suhu ini dapat menyebabkan peningkatan Ekstensibilitas struktur seperti ligamen, tendon, jaringan parut dan kapsul fibrosa sendi. Selain itu, pemanasan juga dapat membantu untuk mengurangi rasa sakit dan kejang otot dan meningkatkan proses penyembuhan.
Efek pada inflamasi dan Proses Perbaikan:
Salah satu manfaat terbesar terapi US yang disampaikan adalah yaitu mengurangi waktu penyembuhan cedera jaringan lunak tertentu.
• US berpikir untuk mempercepat waktu penyembuhan yang normal dari proses peradangan dengan menarik lebih banyak “mast sells” ke lokasi cedera. Ini dapat menyebabkan peningkatan aliran darah yang dapat bermanfaat pada fase sub-akut pada cedera jaringan. US tidak di anjurkan pada cidera dimana peningkatan aliran darah masih berlangsung.
• Ultrasonografi juga dapat merangsang produksi kolagen khususnya komponen protein dalam jaringan lunak seperti tendon dan ligamen. Oleh karena itu US dapat mempercepat fase proliferatif pada penyembuhan jaringan.
• US berpikir untuk meningkatkan ekstensibilitas kolagen dan dapat memiliki efek positif pada fibrosa jaringan parut yang dapat terbentuk setelah cedera.
Penerapan Ultrasound:
• Ultrasound biasanya diterapkan dengan menggunakan transduser yang memancarkan sinar ultrasonik. Bergerak terus menerus dalam kulit sekitar 3-5 menit. Pengobatan dapat diulangi 1-2 kali setiap hari, lebih sering pada kondisi cidera akut dan lebih jarang frekuensinya pada kasus-kasus kronis.
• Dosis Ultrasound dapat bervariasi baik dalam intensitas atau frekuensi. Frekuensi rendah digunakan pada daerah-daerah cidera yang letaknya lebih dalam, sedang frekuensi tinggi digunakan untuk permukaan yang lebih dekat dengan kulit.
Kontraindikasi Untuk Penggunaan:
• pada penyakit jaringan yang abnormal, tekanan darah yang tinggi, tumor yang menyebar di seluruh tubuh.
Jangan gunakan jika pasien menderita dari:
• tumor ganas atau kanker jaringan
• infeksi akut
• Risiko perdarahan
• ischeamic jaringan berat
• ada riwayat trombosis vena
• terkena jaringan saraf
• Kecurigaan terhadap patah tulang
• Jika pasien hamil
• Jangan gunakan di daerah gonad (alat kelamin),

Terapi Latihan (Terapi Bobath)


Terapi ini pertama kali diperkenalkan oleh Bertha Bobath. Terapi ini dikenal nama NDT (Neuro Developmental Treatment).
Dasar metode Bobath
Dasar pengobatan bobath ialah perkembangan motoris yang normal, dimana righting reaction dan keseimbangan merupakan faktor yang sangat penting. Prinsip pengobatannya ialah fasilitasi, inhibisi dan stimulasi.
Righting reaction
Reaksi yang pertama kali muncul pada anak ialah righting reaction yaitu pada usia 10-12 bulan dan hilang pada usia 6 tahun. Yang termasuk righting reaction ialah:
1. Neck righting reaction
Dengan memutar kepala secara pasif atau aktif ke salah satu sisi dengan posisi terlentang akan terjadi gerakan memutar ke samping atau miring.
2. Labirinthing reaction
Reaksinya ialah menegakkan kepala dalam posisi tengkurap, muncul pada usia 1-6 bulan
3. Reaksi vaetibular
Reaksi mempertahankan kepala saat terlentang menuju keduduk
4. Body righting reaction (gerakan kepala)
Mengatur posisi kepala diudara, timbul saat kaki anak disentuhkan dilantai, yang diikuti tegaknya kepala.
5. Body righting reaction (gerakan tubuh)
Terdapat pada anak usia 6-8 bulan. Modifikasi dari neck righting reaction. Kepala diputar akan diikuti rotasi bahu, lalu diikuti rotasi pelvis atau sebaliknya. Reaksi ini membantu anak tengkurap sendiri.
6. Optical righting reaction
Reaksi untuk melihatm berkembang sesuai dengan kematangan usia anak.
Reaksi keseimbangan
Diperlukan untuk mempertahankan posisi, mengatur dan menyesuaikan sikap tubuh dan anggota gerak. Muncul saat usia 6 bulan. Reaksi ini kompleks yang bekerja sama dengan sejumalh reaksi yaitu:
1. Antigravity Mechanism
Disebut juga supporting reaction, untuk mempertahankan tubuh terhadap gravitasi
2. Postural fiksasi
Memberikan fiksasi pada bagian tubuh, misalnya kepala dengan tubuh
3. Counter posisi
Reaksi pengaturan posisi badan dan gerakan, sehingga memungkinkan gerakan selama mempertahankan suatu posisi.
4. Tilt reaction
Reaksi mempertahankan keseimbangan sewaktu diangkat dari bidang horizontal. Mulai timbul usia 6 bulan.
5. Protective reaction
Reaksi mencegah badan jatuh ke bawah, misalnya berdiri di dorong ke depan, reaksi melangkah atau melompat ke depan. Selain reaksi tersebut juga perlu diketahui ialah: reflex landau, ATNR, menggenggam, STNR, dsb.